Sikap Ghuluw Pada Sebagian Orang Yang Mengaku Pengikut Madzhab Hanbali
Sikap Ghuluww/Melampaui Batas Pada Sebagian Orang Yang Mengaku Pengikut Madzhab Hanbali (Para Pendahulu Kaum Wahhabiyyah)
Mereka dinamakan Hanabilah karena berafiliasi kepada Imam Ahmad ibn
Muhammad ibn Hanbal as-Syaibani (w. 241 H), salah seorang ulama mujtahid
terkemuka, terkenal dengan kezuhudan dan kawara'annya, selalu menjaga
jarak dengan para penguasa dan hanya menyibukkan diri dengan ilmu agama,
meski kesulitan ekonomi melilit –semoga Allah merahmati dan
meridlainya-.
Imam Ahmad diberikan ujian dengan banyaknya
orang yang berafiliasi kepada beliau, sebagaimana Imam Ja'far as-Shadiq
diuji dengan banyak orang yang berafiliasi kepadanya, juga sebagaimana
beberapa ulama lainnya diuji dengan murid-murid mereka yang menyimpang,
menambah-nambah pada pendapat mereka hal-hal yang sebetulnya jauh di
luar pendapat mereka itu, dan berbohong dengan mengatasnamakan mereka.
Oleh karenanya, kita temukan banyak ulama terkemuka seperti al Baihaqi,
Ibnu al Jauzi serta Abu al Hasan al Asy'ari meriwayatkan dari Imam
Ahmad dengan sanad-sanad yang kuat, berbeda dengan riwayat-riwayat para
pengikut beliau sendiri yang berlebihan dan menyimpang.
Jadi,
kita tidak boleh menisbatkan kepada Imam Ahmad semua yang dinisbatkan
kepada beliau oleh setiap orang yang berafiliasi kepada beliau.
Imam Ahmad sendiri terkenal dengan keteguhan iman beliau setelah
dilakukan imtihan dalam peristiwa mihnah khalq al Qur'an yang terjadi
pada awal abad ketiga hijriyyah. Imam Ahmad saat itu teguh
mempertahankan keyakinan beliau dan tidak tergelincir pada jurang
kesalahan sebagaimana yang terjadi pada beberapa ulama lain saat
dilakukan imtihan kepada mereka oleh penguasa Abbasiyyah.
Tidak diragukan lagi bahwa aqidah tajsim dan tasybih (menyerupakan)
Allah dengan makhluk-Nya telah dimunculkan oleh beberapa orang sebelum
hanabilah, seperti al Mughirah ibn Said, Hisyam ibn al Hakam, dan yang
semasa dengan mereka seperti al Karramiyyah pengikut Muhammad ibn Karram
as-Sijzi (kebanyakan as-Sijziyyin memiliki aqidah tajsim), jadi
sebenarnya pengikut-pengikut madzhab hanbali yang menyimpang tidak
merintis bid'ah tajsim dan tasybih ini, tapi mereka menghimpun apa yang
terpisah-pisah dari pendahulu mereka, lalu menambah-nambahinya,
menyebarkan dan membelanya sebagai akibat permusuhan mereka dengan
kelompok Mu'tazilah dan lain-lain yang teramat berlebih-lebihan dalam
menafikan sifat.
Sejarah kemunculan pengikut-pengikut madzhab
hanbali yang ekstrim dan gerakan-gerakan mereka berkaitan dengan paham
tajsim, tasybih, menggunakan kekerasan, dan penyebaran fitnah, seperti
yang dijelaskan oleh Ibnu al Atsir dalam tarikhnya tentang fitnah-fitnah
yang ditimbulkan oleh para pengikut Madzhab Hanbali yang menyimpang
pada beberapa tahun; 310 H, 317 H, 323 H, 329 H, 447 H, 469 H, 475 H,
488 H, 567 H, 596 H.
Para pengikut madzhab hanbali yang ekstrim
itu menamakan diri mereka sebagai ahlussunnah wal jama'ah atau pengikut
as-salaf as-shalih, mengaku-ngaku mengikuti jalan mereka, padahal
mayoritas ummat para pengikut Mazhab Syafi'i, Hanafi, Maliki dan Hanbali
yang lurus tidak menyetujui mereka, bahkan sebaliknya menentang mereka.
Di antara kitab yang paling terkenal sebagai rujukan para mujassimah
yang barafiliasi pada Madzhab Hanbali (baik yang mereka karang sendiri
atau karangan orang lain di luar kelompok mereka) adalah sebagai
berikut:
al Haydah karya al Kinani (w. 240 H), as-Sunnah (yang
dinisbatkan kepada) Abdullah ibn Ahmad (w. 291 H), Kitab an-Naqdl 'ala
Bisyr al Mirrisi karya ad-Darimi Utsman ibn Sa'id (w. 281 H), as-Sunnah
karya al Khallal (w. 311 H), Kitab at-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah (w.
311 H), Syarh as-Sunnah karya al Barbahari (w. 329 H), Kitab al Iman dan
Kitab at Tauhid karya Ibnu Mandah (w. 395 H), Kitab as-Syari'ah karya
al Ajurri (w. 360 H), al Ibanah karya Ibnu Baththah al Hanbali (w. 387
H), Syarh Ushul I'tiqad Ahlissunnah karya Abu al Qasim al Lalika'i (w.
418 H), Kumpulan beberapa risalah yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad ibn
Hanbal (w. 241 H), al Azhamah karya Abu as-Syaikh al Ashbahani (w. 369
H), dan kitab-kitab Abu Ya'la al Hanbali (w. 548 H).
Dalam
kitab-kitab para pengikut Madzhab Hanbali yang ekstrim ini banyak
disebutkan kesalahan fatal mereka dan senantiasa menjadi fitnah pemecah
belah ummat hingga kini, sepert; takfir syumuli (pengkafiran secara
menyeluruh), penyesatan tanpa dalil, pembid'ahan tanpa dalil, menvonis
fasiq tanpa dalil, kezhaliman, sikap berlebihan kepada para masyayikh,
celaan, kebohongan, tajsim, takwil yang bathil, lebih mengutamakan
orang-orang kafir daripada kaum muslimin, pembolehan membunuh siapa saja
yang mereka anggap sebagai musuh dan lain-lain.
Dikutip dari Makalah Syaikh DR. Salim Alwan al Husaini
Nur Rohmad
No comments:
Post a Comment