Sunday, April 28, 2013

Sikap Ghuluw Pada Sebagian Orang Yang Mengaku Pengikut Madzhab Hanbali

Sikap Ghuluww/Melampaui Batas Pada Sebagian Orang Yang Mengaku Pengikut Madzhab Hanbali (Para Pendahulu Kaum Wahhabiyyah)

Mereka dinamakan Hanabilah karena berafiliasi kepada Imam Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal as-Syaibani (w. 241 H), salah seorang ulama mujtahid terkemuka, terkenal dengan kezuhudan dan kawara'annya, selalu menjaga jarak dengan para penguasa dan hanya menyibukkan diri dengan ilmu agama, meski kesulitan ekonomi melilit –semoga Allah merahmati dan meridlainya-.

Imam Ahmad diberikan ujian dengan banyaknya orang yang berafiliasi kepada beliau, sebagaimana Imam Ja'far as-Shadiq diuji dengan banyak orang yang berafiliasi kepadanya, juga sebagaimana beberapa ulama lainnya diuji dengan murid-murid mereka yang menyimpang, menambah-nambah pada pendapat mereka hal-hal yang sebetulnya jauh di luar pendapat mereka itu, dan berbohong dengan mengatasnamakan mereka.

Oleh karenanya, kita temukan banyak ulama terkemuka seperti al Baihaqi, Ibnu al Jauzi serta Abu al Hasan al Asy'ari meriwayatkan dari Imam Ahmad dengan sanad-sanad yang kuat, berbeda dengan riwayat-riwayat para pengikut beliau sendiri yang berlebihan dan menyimpang.

Jadi, kita tidak boleh menisbatkan kepada Imam Ahmad semua yang dinisbatkan kepada beliau oleh setiap orang yang berafiliasi kepada beliau.

Imam Ahmad sendiri terkenal dengan keteguhan iman beliau setelah dilakukan imtihan dalam peristiwa mihnah khalq al Qur'an yang terjadi pada awal abad ketiga hijriyyah. Imam Ahmad saat itu teguh mempertahankan keyakinan beliau dan tidak tergelincir pada jurang kesalahan sebagaimana yang terjadi pada beberapa ulama lain saat dilakukan imtihan kepada mereka oleh penguasa Abbasiyyah.

Tidak diragukan lagi bahwa aqidah tajsim dan tasybih (menyerupakan) Allah dengan makhluk-Nya telah dimunculkan oleh beberapa orang sebelum hanabilah, seperti al Mughirah ibn Said, Hisyam ibn al Hakam, dan yang semasa dengan mereka seperti al Karramiyyah pengikut Muhammad ibn Karram as-Sijzi (kebanyakan as-Sijziyyin memiliki aqidah tajsim), jadi sebenarnya pengikut-pengikut madzhab hanbali yang menyimpang tidak merintis bid'ah tajsim dan tasybih ini, tapi mereka menghimpun apa yang terpisah-pisah dari pendahulu mereka, lalu menambah-nambahinya, menyebarkan dan membelanya sebagai akibat permusuhan mereka dengan kelompok Mu'tazilah dan lain-lain yang teramat berlebih-lebihan dalam menafikan sifat.

Sejarah kemunculan pengikut-pengikut madzhab hanbali yang ekstrim dan gerakan-gerakan mereka berkaitan dengan paham tajsim, tasybih, menggunakan kekerasan, dan penyebaran fitnah, seperti yang dijelaskan oleh Ibnu al Atsir dalam tarikhnya tentang fitnah-fitnah yang ditimbulkan oleh para pengikut Madzhab Hanbali yang menyimpang pada beberapa tahun; 310 H, 317 H, 323 H, 329 H, 447 H, 469 H, 475 H, 488 H, 567 H, 596 H.

Para pengikut madzhab hanbali yang ekstrim itu menamakan diri mereka sebagai ahlussunnah wal jama'ah atau pengikut as-salaf as-shalih, mengaku-ngaku mengikuti jalan mereka, padahal mayoritas ummat para pengikut Mazhab Syafi'i, Hanafi, Maliki dan Hanbali yang lurus tidak menyetujui mereka, bahkan sebaliknya menentang mereka.

Di antara kitab yang paling terkenal sebagai rujukan para mujassimah yang barafiliasi pada Madzhab Hanbali (baik yang mereka karang sendiri atau karangan orang lain di luar kelompok mereka) adalah sebagai berikut:

al Haydah karya al Kinani (w. 240 H), as-Sunnah (yang dinisbatkan kepada) Abdullah ibn Ahmad (w. 291 H), Kitab an-Naqdl 'ala Bisyr al Mirrisi karya ad-Darimi Utsman ibn Sa'id (w. 281 H), as-Sunnah karya al Khallal (w. 311 H), Kitab at-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah (w. 311 H), Syarh as-Sunnah karya al Barbahari (w. 329 H), Kitab al Iman dan Kitab at Tauhid karya Ibnu Mandah (w. 395 H), Kitab as-Syari'ah karya al Ajurri (w. 360 H), al Ibanah karya Ibnu Baththah al Hanbali (w. 387 H), Syarh Ushul I'tiqad Ahlissunnah karya Abu al Qasim al Lalika'i (w. 418 H), Kumpulan beberapa risalah yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H), al Azhamah karya Abu as-Syaikh al Ashbahani (w. 369 H), dan kitab-kitab Abu Ya'la al Hanbali (w. 548 H).

Dalam kitab-kitab para pengikut Madzhab Hanbali yang ekstrim ini banyak disebutkan kesalahan fatal mereka dan senantiasa menjadi fitnah pemecah belah ummat hingga kini, sepert; takfir syumuli (pengkafiran secara menyeluruh), penyesatan tanpa dalil, pembid'ahan tanpa dalil, menvonis fasiq tanpa dalil, kezhaliman, sikap berlebihan kepada para masyayikh, celaan, kebohongan, tajsim, takwil yang bathil, lebih mengutamakan orang-orang kafir daripada kaum muslimin, pembolehan membunuh siapa saja yang mereka anggap sebagai musuh dan lain-lain.

Dikutip dari Makalah Syaikh DR. Salim Alwan al Husaini

Nur Rohmad

No comments:

Post a Comment