Hakikat kematian (bagi para peziarah)
Al-Qurtubi dalam at-Tadzkirah mengenai hadist
kematian dari syaikhnya mengatakan:
Kematian bukanlah ketiadaan yang
murni, namun kematian merupakan perpindahan dari satu keadaan alam
kepada keadaan alam lain.
Abdullah Ibnu Abbas r.a. pernah
berkata, “ruh orang tidur dan ruh orang mati bisa bertemu diwaktu tidur
dan saling berkenalan sesuai kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala
kepadanya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menggenggam ruh manusia
pada dua keadaan, pada keadaan tidur dan pada keadaan matinya.”
Rosulalloh shollallahu alaihi wasallam bersabda,
حياتي خير لكم
ومماتي خير لكم تحدثون ويحدث لكم , تعرض أعمالكم عليّ فإن وجدت خيرا حمدت
الله و إن وجدت شرا استغفرت الله لكم.
Hidupku lebih baik buat
kalian dan matiku lebih baik buat kalian. Kalian bercakap-cakap dan
mendengarkan percakapan. Amal perbuatan kalian disampaikan kepadaku.
Jika aku menemukan kebaikan maka aku memuji Allah. Namun jika menemukan
keburukan aku memohonkan ampunan kepada Allah buat kalian..
(Hadits
ini diriwayatkan oleh Al-Hafidz Isma’il al Qaadli pada Juz’u al Sholaati
‘ala al-Nabiyi Shollalohu 'alaihi wasallam. Al Haitsami menyebutkannya
dalam Majma’u al Zawaaid dan mengkategorikannya sebagai hadits shohih)
Rosulalloh shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,
(ما من
رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)
Tidak seorang pun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk
kepadanya untuk mendo'akannya, kecuali dia merasa bahagia dan
menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.
(HR. Ibnu
Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).
Rosulalloh
shollallohu 'alaihi wasallam bersabda,
(ما من أحد يمربقبر أخيه
المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)
Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia
kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam
untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.
(Hadits Shohih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab
Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
Rosulalloh shallallohu 'alaihi
wasallam bersabda,
إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من
الأموات فإن كان خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى
تهديهم كما هديتنا)
Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan
kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia.
Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun
jika selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah
engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka
seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.
(HR. Ahmad dalam
musnadznya).
عن انس رضي الله عنه عن النبي صل الله عليه وسلم
قال: العبد اذا وضع في قبره وتولى وذهب اصحابه حتى انه ليسمع قرع نعالهم
Apabila seorang hamba telah diletakan didalam kuburnya dan telah
ditinggalkan para pengantarnya, ia mendengar suara gesekan-gesekan
sendal pengantarnya.
(HR. BUKHORI)
Para Sahabat ketika
duduk dalam shalat (tahiyyat), bertawasul dengan menyebut nama-nama
orang-orang sholeh yang telah wafat maupun dengan para malaikat namun
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan untuk menyingkatnya
menjadi “Assalaamu’alaina wa’alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin”, maka hal
itu sudah mencakup seluruh hamba-hamba Allah yang sholeh baik di langit
maupun di bumi“.
لابحضرة الميت ولم ينو الثواب له أو نواه ولم
يدع. (حكم الشر يعة الاسلامية في مأتم الاربعين ص ٤٣)
Syaikhul
islam Imam Zakariya Al-Anshori : Sesungguhnya pendapat masyhur madzhab
(Asyafi'i di dalam masalah bacan al-qur'an itu di kondisikan apabila
membacanya itu tidak di hadapan mayit (kuburnya) dan tidak niat
memberikan pahala bacaan Al-Quran itu kepada mayit atau berniat
memberikan pahala bacaan tetapi tidak mendo'akan
(Hukmussyari'ah al
islamiyyah fi ma'tamil arba'in hal 43).
والقول المذكور مبني
على عمل الامام الشافعي فإنه كان يزور قبر الامام الليث بن سعد ثم يتلو
الاذكار والقران الكريم : وقد تواتر أن الشافعي زار الليث بن سعد و أثنى
وقرأ عنده ختمة و قال أرجو أن تدوم فكان الامر كذالك (الذخيرة الثمنية ص
٦٤)
perkataan tersebut (Pendapatnya Imam Zakaria Al Anshori,
itu di dasarkan atas perilaku Imam Syafi'i, bahwasanya Imam Syafi'i
menziarahi Makam Imam Allayts bin Sa'ad kemudian melantunkan
dzikir-dzikir dan Alqur'an, dan sungguh telah berkali-kali, bahwasanya
Imam Syafii menziarahi Allayts bin Sa'ad, memujinya dan membaca
(alquran) dengan sekali khataman, dan beliau berkata : Aku berharap ini
di langgengkan, dan perkara itu demikian adanya (adzakhiroh atsamaniyyah
hal 64)
وفى مناسبة أخرى قال الامام الشافعي : ويستحب أن يقرأ
عنده شيئ من القرأن ، وإن ختموا القرأن كله كان حسنا (دليل الفالحين ج ٦ ص
١٠٣)
di kesempatan lain, Imam Syafi'i berkata : dan di anjurkan
di sisinya (qubur) di bacakan bacaan dari Alquran, maka apabila mereka
mengkhatamkan alquran semuanya maka hal itu lebih bagus (dalilul falihin
juz 6 hal 103)
قال الامام النواوي, فالاختيار أن يقول القارئ
بعد فرغه اللهم اوصل ثواب ماقرأته إلىفلان
(الأذكار ص ١٥٦)
berkata Imam An-nawawi : Maka pendapat yang di pilih, orang yang membaca
Al-quran setelah selesai membacanya dia berdo'a : Ya Allah sampaikanlah
pahala dari apa-apa yang ku baca kepada si fulan (Al-Adzkar hal 156)
tambahan :
قال الشوكاني : وقال في شرح الكنز إن الأنسان
أن يجعل ثواب عمله لغيره صلاة كان او صوما او حجا او صدقة اوقرأة قرأن او
غير ذلك من جميع أنواع البر،ويصل ذلك إلى الميت و ينفعه عند أهل السنة
. نيل الاوطار ٤/١٤٢
Imam Asyaukani berkata menuqil dari Syrah
kitab alkanzu : bahwasanya manusia itu bisa menjadikan pahala amalnya
itu untuk orang lain, baik berupa sholat, puasa, haji, sodakoh atau
bacaan alqur'an atau selain dari itu semua yang berupa berbagai macam
amal kebaikan, dan pahalanya itu semua bisa sampai kepada mayit dan bisa
bermanfaat bagi mayit, demikian ini menurut ahlissunnah (naylul author
juz 4 hal 142)
berbagai riwayat diatas, baik dari Imam Ahmad
bin Hanbal maupun Imam Syafi'i membuktikan bahwasanya qiro'ah bacaan
alquran untuk mayyit bukanlah amal yang sia-sia, dan begitulah pendapat
Ahlissunnah, lalu masih pantas mengaku ahlissunnah kah orang-orang yang
mengingkarinya?
Alhafidz Jalaluddin Assuyuthi di dalam kitabnya
yang berjudul Syarhusshuduur Bi Syarhi Halil Mauta Wal Qubur, di bab
khusus yang bertitel Babu fi qiroatil qur'an lilmayyit au alal qubri
(bab menjelaskan pembacaan alquran untuk mayit atau di pekuburan). Hal
itu masyru' dari Rasulullah berdasarkan hadits
أخرج ابوالقاسم
سعد بن علي الزنجاني في فواعده، عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم " من دخل المقابر ثم قرأ فاتحة الكتاب و قل هو الله أحد وألهاكم
التكاثر ثم قال اللهم إني جعلت ثواب ما قرأت من كلامك لأهل المقابر من
المؤمنين والمؤمنات كانو شفعاء له إلى الله تعالى
meriwayatkan
hadits Abul Qasim Sa'ad bin Ali Azzanjaani di dalam kitab fawaid nya,
dari Abi Hurairah Berkata : Rasulullah S.A.W bersabda : Barang siapa
memasuki pekuburan, kemudian membaca Alfatihah, qul Huwallahu ahad dan
Alhakumuttakatsur, kemudian berdoa : Ya Allah sesungguhnya aku
menjadikan pahala dari apa-apa yang aku baca dari kalam Mu aku
peruntukkan untuk para ahli kubur dari orang-orang mu'min laki-laki dan
perempuan, maka para ahli kubur itu akan menjadi penolongnya di hadapan
Allah.
Riwayat senada dengan jalan marfu'
وأخرج ابو
محمد السمرقندي في فضائل (قل هو الله أحد) عن علي مرفوعا " من مر على
المقابر وقرأ قل هو الله أحد إحدى عشرة مرة ، ثم وهب أجره للأموات أعطي من
الأجر بعدد الأموات "
Dan meriwayatkan Abu Muhammad Assamarqandi
didalam fadhilah-fadhilah nya Qul Huwallahu Ahad dari Imam Ali dengan
jalan marfu' " Barang siapa melewati pekuburan dan membaca Qul Huwallahu
Ahad sebelas kali, kemudian memberikan pahalanya kepada orang-orang
yang mati, maka dia akan diberi pahala sesuai dengan hitunganya
orang-orang yang mati.
وأخرج الخلال في الجامع عن الشعبي قال :
كانت الأنصار إذا مات لهم الميت اختلفوا الى قبره يقرأون القرأن
Dan meriwayatkan Imam Al-kholal di kitab Al Jami' dari Asya'bi berkata :
Adalah sahabat anshar, bilamana ada orang mati mereka bergantian ke
kuburnya untuk membacakan Al-Quran.
Dan masih banyak
riwayat-riwayat senada yang di kupas tuntas oleh Al-Hafidz Al Imam
Jalaluddin As Suyuthi di dalam kitabnya,
[Syarhussudhur, Kutub
Al-lmiyyah Beirut Thn 1997/1418].
واختاره جماعة من الأصحاب منهم
ابن الصلاح والمحب الطبري وابن أبي الدم وابن أبي عصرون وعليه عمل الناس
Dan memilih sampainya bacaan itu kemayit beberapa kumpulan ulama,
diantaranya,I bnu sholah, muhibbu thobari, ibnu abiddam, ibnu abi
ashrun, dan atas ini lah skrg bnyak orang mengamalkannya
وما
رآه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن
Dan apa saja yang
dipandangan ulama2 itu bagus, maka bagus juga di sisi Allah
وقال ابن عبد السلام في بعض فتاويه : لا يجوز أن يجعل ثواب القراءة للميت
لأنه تصرف في الثواب من غير إذن الشارع
Imam ibnu abdissalam
dalam sbagian fatwanya berfatwa: tdk boleh menjadikan pahala bcaan
alquran untuk mayit,krn memperlakukan pahala dgn tanpa izin syari'at,
وحكى القرطبي في التذكرة أنه رئي في المنام بعد وفاته فسئل عن ذلك
فقال : كنت أقول ذلك في الدنيا والآن بان لي أن ثواب القراءة يصل إلى الميت
Imam qurtubi dalam ktb tazkirahnya menceritakan,bhw dperlihatkan
dalam mimpi,stlh ibnu abdissalam nya wafat,lalu di tanya tntng fatwanya
itu yg mengatakan tdk boleh menghadiahkan bcaan quran,lalu ibnu abd
salam menjwb :dahulu aku memfatwakan itu di dunia,skrg nyata bagi ku,bhw
bacaan alquran itu ternyata sampai ke mayit
وحكى النووي في شرح
المسلم والأذكار وجها أن ثواب القراءة يصل إلى الميت كمذهب الأئمة الثلاثة
Imam nawawi dalam syarah muslim dan azkarnya satu wajah menyebut
bahwa pahala bacaan Quran itu sampay ke mayit seperti pendapat madzhab
hanafi, maliki, hanbali.
واختاره جماعة من الأصحاب منهم ابن
الصلاح والمحب الطبري وابن أبي الدم وابن أبي عصرون وعليه عمل الناس
Dan memilih sampainya bacaan itu kemayit beberapa kumpulan ulama,
diantaranya,I bnu sholah, muhibbu thobari, ibnu abiddam, ibnu abi
ashrun, dan atas ini lah skrg bnyak orang mengamalkannya
وما
رآه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن
Dan apa saja yang
dipandangan ulama2 itu bagus, maka bagus juga di sisi Allah
قوله لا يصل ثوابها إلى الميت ضعيف
Perkataan imam syafi'i tdk
sampai pahalanya ke mayit itu DHOIF,
وقوله وقال بعض أصحابنا يصل
معتمد
yg MU'TAMAD nya adalah qaul beberapa ashhab yaitu
pahalanya SAMPAI
وحكي عن أحمد بن حنبل : أنه قال : يلحق الميت
ثواب ما يفعل عنه من الصلاة والقراءة والذكر
Driwayatkan dr imam
ahmad bin hanbal,bhw beliau brkata :mayit bs mendpat pahala yg dkerjakan
untuk dia dr sholat,bcaan quran dan zikir2,
Dr mazhab hanbali aku
khususkan ckp pendapat ibnu taimiyah saja,Inilah kumpulan jwbn skaligus
fatwa ahmad bin abdul halim yg masyhur dgn ibnu taimiyah alharani
alhanbali wafat tahun 728 h,
ﺃﻣﺎ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻪ
ﺑﺎﺗﻔﺎﻕ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ
Adapun shodaqah yg dkeluarkan untk
mayit,itu bermanfaat,dgn ittifaq para imam
ﺇﻧﻤﺎ ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ
ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻻ ﻧﻔﺲ ﺍﻟﻌﻤﻞ
Bhwsanya yg sampay kpd mayit itu hanya
pahala amal itu,bukan zat amal itu
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ : ﺇﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﻫﺪﺍﺀ
ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﻤﺎﻟﻴﺔ ﻭﺍﻟﺒﺪﻧﻴﺔ ﺇﻟﻰ ﻣﻮﺗﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﺬﻫﺐ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺃﺑﻲ
ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻓﺈﺫﺍ ﺃﻫﺪﻱ ﻟﻤﻴﺖ ﺛﻮﺍﺏ ﺻﻴﺎﻡ ﺃﻭ ﺻﻼﺓ ﺃﻭ
ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺟﺎﺯ ﺫﻟﻚ
Para ulama ijma,bhw boleh nya menghadiahkan
pahala ibadah shodaqoh dan pahala ibadah badan kpd mayit yg islam,spt
itu mazhab ahmad,abu hanifah,maliki dan syafi'i,jd apabl mayit di
hadiahkan pahala puasa,sholat, dan bcaan, maka boleh itu Ibnu taimyah
dtanya lg mslh tahlil,
ﺇﺫﺍﻫﻠﻞ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻫﻜﺬﺍ ﺳﺒﻌﻮﻥ ﺃﻟﻔﺎ ﺃﻭ ﺃﻗﻞ ﺃﻭ
ﺃﻛﺜﺮ ﻭﺃﻫﺪﻳﺖ ﺇﻟﻴﻪ ﻧﻔﻌﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺬﺍﻟﻚ
Jika para manusia bertahlil
70rb kali atau kurang dr it,atau lbh,lalu di hadiahkan kpd mayit,maka
Allah beri manfaat kpd mayit it dgn sebab tahlilan td,
ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻰ
ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺃﻫﻠﻪ ﻭﺗﺴﺒﻴﺤﻬﻢ ﻭﺗﻜﺒﻴﺮﻫﻢ ﻭﺳﺎﺋﺮ ﺫﻛﺮﻫﻢ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺇﺫﺍ ﺃﻫﺪﻭﻩ ﺇﻟﻰ
ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺻﻞ ﺇﻟﻴﻪ
Bcaan alquran ,tasbih,takbir,dan smua zikir
itu,bila di hadiahkan kpd mayit,maka Smpy kpd mayit pahalanya
ﺃﻣﺎ ﻭﺻﻮﻝ ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﺒﺪﻧﻴﺔ ﻛﺎﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺼﻮﻡ ﻓﻤﺬﻫﺐ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺃﺑﻲ
ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺇﻟﻰ ﺃﻧﻬﺎ ﺗﺼﻞ
Ittifaq imam 4
mazhab bhw pahala ibadah badaniah itu sampai sepertit membaca Al-quran,
sholat hadiah, puasa..
No comments:
Post a Comment