Thursday, April 4, 2013

Hakikat kematian (bagi para peziarah)

Al-Qurtubi dalam at-Tadzkirah mengenai hadist kematian dari syaikhnya mengatakan:
Kematian bukanlah ketiadaan yang murni, namun kematian merupakan perpindahan dari satu keadaan alam kepada keadaan alam lain.

Abdullah Ibnu Abbas r.a. pernah berkata, “ruh orang tidur dan ruh orang mati bisa bertemu diwaktu tidur dan saling berkenalan sesuai kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menggenggam ruh manusia pada dua keadaan, pada keadaan tidur dan pada keadaan matinya.”

Rosulalloh shollallahu alaihi wasallam bersabda,

حياتي خير لكم ومماتي خير لكم تحدثون ويحدث لكم , تعرض أعمالكم عليّ فإن وجدت خيرا حمدت الله و إن وجدت شرا استغفرت الله لكم.

Hidupku lebih baik buat kalian dan matiku lebih baik buat kalian. Kalian bercakap-cakap dan mendengarkan percakapan. Amal perbuatan kalian disampaikan kepadaku. Jika aku menemukan kebaikan maka aku memuji Allah. Namun jika menemukan keburukan aku memohonkan ampunan kepada Allah buat kalian..
(Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hafidz Isma’il al Qaadli pada Juz’u al Sholaati ‘ala al-Nabiyi Shollalohu 'alaihi wasallam. Al Haitsami menyebutkannya dalam Majma’u al Zawaaid dan mengkategorikannya sebagai hadits shohih)

Rosulalloh shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,

(ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)

Tidak seorang pun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya untuk mendo'akannya, kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.
(HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).

Rosulalloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda,

(ما من أحد يمربقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)

Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.
(Hadits Shohih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).

Rosulalloh shallallohu 'alaihi wasallam bersabda,

إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)

Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.
(HR. Ahmad dalam musnadznya).

عن انس رضي الله عنه عن النبي صل الله عليه وسلم قال: العبد اذا وضع في قبره وتولى وذهب اصحابه حتى انه ليسمع قرع نعالهم
Apabila seorang hamba telah diletakan didalam kuburnya dan telah ditinggalkan para pengantarnya, ia mendengar suara gesekan-gesekan sendal pengantarnya.
(HR. BUKHORI)

Para Sahabat ketika duduk dalam shalat (tahiyyat), bertawasul dengan menyebut nama-nama orang-orang sholeh yang telah wafat maupun dengan para malaikat namun Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan untuk menyingkatnya menjadi “Assalaamu’alaina wa’alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin”, maka hal itu sudah mencakup seluruh hamba-hamba Allah yang sholeh baik di langit maupun di bumi“.

لابحضرة الميت ولم ينو الثواب له أو نواه ولم يدع. (حكم الشر يعة الاسلامية في مأتم الاربعين ص ٤٣)

Syaikhul islam Imam Zakariya Al-Anshori : Sesungguhnya pendapat masyhur madzhab (Asyafi'i di dalam masalah bacan al-qur'an itu di kondisikan apabila membacanya itu tidak di hadapan mayit (kuburnya) dan tidak niat memberikan pahala bacaan Al-Quran itu kepada mayit atau berniat memberikan pahala bacaan tetapi tidak mendo'akan
(Hukmussyari'ah al islamiyyah fi ma'tamil arba'in hal 43).

والقول المذكور مبني على عمل الامام الشافعي فإنه كان يزور قبر الامام الليث بن سعد ثم يتلو الاذكار والقران الكريم : وقد تواتر أن الشافعي زار الليث بن سعد و أثنى وقرأ عنده ختمة و قال أرجو أن تدوم فكان الامر كذالك (الذخيرة الثمنية ص ٦٤)

perkataan tersebut (Pendapatnya Imam Zakaria Al Anshori, itu di dasarkan atas perilaku Imam Syafi'i, bahwasanya Imam Syafi'i menziarahi Makam Imam Allayts bin Sa'ad kemudian melantunkan dzikir-dzikir dan Alqur'an, dan sungguh telah berkali-kali, bahwasanya Imam Syafii menziarahi Allayts bin Sa'ad, memujinya dan membaca (alquran) dengan sekali khataman, dan beliau berkata : Aku berharap ini di langgengkan, dan perkara itu demikian adanya (adzakhiroh atsamaniyyah hal 64)

وفى مناسبة أخرى قال الامام الشافعي : ويستحب أن يقرأ عنده شيئ من القرأن ، وإن ختموا القرأن كله كان حسنا (دليل الفالحين ج ٦ ص ١٠٣)

di kesempatan lain, Imam Syafi'i berkata : dan di anjurkan di sisinya (qubur) di bacakan bacaan dari Alquran, maka apabila mereka mengkhatamkan alquran semuanya maka hal itu lebih bagus (dalilul falihin juz 6 hal 103)

قال الامام النواوي, فالاختيار أن يقول القارئ بعد فرغه اللهم اوصل ثواب ماقرأته إلىفلان
(الأذكار ص ١٥٦)

berkata Imam An-nawawi : Maka pendapat yang di pilih, orang yang membaca Al-quran setelah selesai membacanya dia berdo'a : Ya Allah sampaikanlah pahala dari apa-apa yang ku baca kepada si fulan (Al-Adzkar hal 156)

tambahan :

قال الشوكاني : وقال في شرح الكنز إن الأنسان أن يجعل ثواب عمله لغيره صلاة كان او صوما او حجا او صدقة اوقرأة قرأن او غير ذلك من جميع أنواع البر،ويصل ذلك إلى الميت و ينفعه عند أهل السنة

. نيل الاوطار ٤/١٤٢

Imam Asyaukani berkata menuqil dari Syrah kitab alkanzu : bahwasanya manusia itu bisa menjadikan pahala amalnya itu untuk orang lain, baik berupa sholat, puasa, haji, sodakoh atau bacaan alqur'an atau selain dari itu semua yang berupa berbagai macam amal kebaikan, dan pahalanya itu semua bisa sampai kepada mayit dan bisa bermanfaat bagi mayit, demikian ini menurut ahlissunnah (naylul author juz 4 hal 142)

berbagai riwayat diatas, baik dari Imam Ahmad bin Hanbal maupun Imam Syafi'i membuktikan bahwasanya qiro'ah bacaan alquran untuk mayyit bukanlah amal yang sia-sia, dan begitulah pendapat Ahlissunnah, lalu masih pantas mengaku ahlissunnah kah orang-orang yang mengingkarinya?

Alhafidz Jalaluddin Assuyuthi di dalam kitabnya yang berjudul Syarhusshuduur Bi Syarhi Halil Mauta Wal Qubur, di bab khusus yang bertitel Babu fi qiroatil qur'an lilmayyit au alal qubri (bab menjelaskan pembacaan alquran untuk mayit atau di pekuburan). Hal itu masyru' dari Rasulullah berdasarkan hadits

أخرج ابوالقاسم سعد بن علي الزنجاني في فواعده، عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " من دخل المقابر ثم قرأ فاتحة الكتاب و قل هو الله أحد وألهاكم التكاثر ثم قال اللهم إني جعلت ثواب ما قرأت من كلامك لأهل المقابر من المؤمنين والمؤمنات كانو شفعاء له إلى الله تعالى

meriwayatkan hadits Abul Qasim Sa'ad bin Ali Azzanjaani di dalam kitab fawaid nya, dari Abi Hurairah Berkata : Rasulullah S.A.W bersabda : Barang siapa memasuki pekuburan, kemudian membaca Alfatihah, qul Huwallahu ahad dan Alhakumuttakatsur, kemudian berdoa : Ya Allah sesungguhnya aku menjadikan pahala dari apa-apa yang aku baca dari kalam Mu aku peruntukkan untuk para ahli kubur dari orang-orang mu'min laki-laki dan perempuan, maka para ahli kubur itu akan menjadi penolongnya di hadapan Allah.

Riwayat senada dengan jalan marfu'

وأخرج ابو محمد السمرقندي في فضائل (قل هو الله أحد) عن علي مرفوعا " من مر على المقابر وقرأ قل هو الله أحد إحدى عشرة مرة ، ثم وهب أجره للأموات أعطي من الأجر بعدد الأموات "

Dan meriwayatkan Abu Muhammad Assamarqandi didalam fadhilah-fadhilah nya Qul Huwallahu Ahad dari Imam Ali dengan jalan marfu' " Barang siapa melewati pekuburan dan membaca Qul Huwallahu Ahad sebelas kali, kemudian memberikan pahalanya kepada orang-orang yang mati, maka dia akan diberi pahala sesuai dengan hitunganya orang-orang yang mati.

وأخرج الخلال في الجامع عن الشعبي قال : كانت الأنصار إذا مات لهم الميت اختلفوا الى قبره يقرأون القرأن

Dan meriwayatkan Imam Al-kholal di kitab Al Jami' dari Asya'bi berkata : Adalah sahabat anshar, bilamana ada orang mati mereka bergantian ke kuburnya untuk membacakan Al-Quran.

Dan masih banyak riwayat-riwayat senada yang di kupas tuntas oleh Al-Hafidz Al Imam Jalaluddin As Suyuthi di dalam kitabnya,
[Syarhussudhur, Kutub Al-lmiyyah Beirut Thn 1997/1418].

واختاره جماعة من الأصحاب منهم ابن الصلاح والمحب الطبري وابن أبي الدم وابن أبي عصرون وعليه عمل الناس

Dan memilih sampainya bacaan itu kemayit beberapa kumpulan ulama, diantaranya,I bnu sholah, muhibbu thobari, ibnu abiddam, ibnu abi ashrun, dan atas ini lah skrg bnyak orang mengamalkannya

وما رآه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن

Dan apa saja yang dipandangan ulama2 itu bagus, maka bagus juga di sisi Allah

وقال ابن عبد السلام في بعض فتاويه : لا يجوز أن يجعل ثواب القراءة للميت لأنه تصرف في الثواب من غير إذن الشارع

Imam ibnu abdissalam dalam sbagian fatwanya berfatwa: tdk boleh menjadikan pahala bcaan alquran untuk mayit,krn memperlakukan pahala dgn tanpa izin syari'at,

وحكى القرطبي في التذكرة أنه رئي في المنام بعد وفاته فسئل عن ذلك فقال : كنت أقول ذلك في الدنيا والآن بان لي أن ثواب القراءة يصل إلى الميت

Imam qurtubi dalam ktb tazkirahnya menceritakan,bhw dperlihatkan dalam mimpi,stlh ibnu abdissalam nya wafat,lalu di tanya tntng fatwanya itu yg mengatakan tdk boleh menghadiahkan bcaan quran,lalu ibnu abd salam menjwb :dahulu aku memfatwakan itu di dunia,skrg nyata bagi ku,bhw bacaan alquran itu ternyata sampai ke mayit

وحكى النووي في شرح المسلم والأذكار وجها أن ثواب القراءة يصل إلى الميت كمذهب الأئمة الثلاثة

Imam nawawi dalam syarah muslim dan azkarnya satu wajah menyebut bahwa pahala bacaan Quran itu sampay ke mayit seperti pendapat madzhab hanafi, maliki, hanbali.

واختاره جماعة من الأصحاب منهم ابن الصلاح والمحب الطبري وابن أبي الدم وابن أبي عصرون وعليه عمل الناس

Dan memilih sampainya bacaan itu kemayit beberapa kumpulan ulama, diantaranya,I bnu sholah, muhibbu thobari, ibnu abiddam, ibnu abi ashrun, dan atas ini lah skrg bnyak orang mengamalkannya

وما رآه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن

Dan apa saja yang dipandangan ulama2 itu bagus, maka bagus juga di sisi Allah

قوله لا يصل ثوابها إلى الميت ضعيف

Perkataan imam syafi'i tdk sampai pahalanya ke mayit itu DHOIF,

وقوله وقال بعض أصحابنا يصل معتمد

yg MU'TAMAD nya adalah qaul beberapa ashhab yaitu pahalanya SAMPAI

وحكي عن أحمد بن حنبل : أنه قال : يلحق الميت ثواب ما يفعل عنه من الصلاة والقراءة والذكر

Driwayatkan dr imam ahmad bin hanbal,bhw beliau brkata :mayit bs mendpat pahala yg dkerjakan untuk dia dr sholat,bcaan quran dan zikir2,
Dr mazhab hanbali aku khususkan ckp pendapat ibnu taimiyah saja,Inilah kumpulan jwbn skaligus fatwa ahmad bin abdul halim yg masyhur dgn ibnu taimiyah alharani alhanbali wafat tahun 728 h,

ﺃﻣﺎ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻪ

ﺑﺎﺗﻔﺎﻕ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ

Adapun shodaqah yg dkeluarkan untk mayit,itu bermanfaat,dgn ittifaq para imam

ﺇﻧﻤﺎ ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻻ ﻧﻔﺲ ﺍﻟﻌﻤﻞ

Bhwsanya yg sampay kpd mayit itu hanya pahala amal itu,bukan zat amal itu

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ : ﺇﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﻫﺪﺍﺀ ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﻤﺎﻟﻴﺔ ﻭﺍﻟﺒﺪﻧﻴﺔ ﺇﻟﻰ ﻣﻮﺗﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﺬﻫﺐ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺃﺑﻲ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻓﺈﺫﺍ ﺃﻫﺪﻱ ﻟﻤﻴﺖ ﺛﻮﺍﺏ ﺻﻴﺎﻡ ﺃﻭ ﺻﻼﺓ ﺃﻭ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺟﺎﺯ ﺫﻟﻚ

Para ulama ijma,bhw boleh nya menghadiahkan pahala ibadah shodaqoh dan pahala ibadah badan kpd mayit yg islam,spt itu mazhab ahmad,abu hanifah,maliki dan syafi'i,jd apabl mayit di hadiahkan pahala puasa,sholat, dan bcaan, maka boleh itu Ibnu taimyah dtanya lg mslh tahlil,

ﺇﺫﺍﻫﻠﻞ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻫﻜﺬﺍ ﺳﺒﻌﻮﻥ ﺃﻟﻔﺎ ﺃﻭ ﺃﻗﻞ ﺃﻭ ﺃﻛﺜﺮ ﻭﺃﻫﺪﻳﺖ ﺇﻟﻴﻪ ﻧﻔﻌﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺬﺍﻟﻚ

Jika para manusia bertahlil 70rb kali atau kurang dr it,atau lbh,lalu di hadiahkan kpd mayit,maka Allah beri manfaat kpd mayit it dgn sebab tahlilan td,

ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺃﻫﻠﻪ ﻭﺗﺴﺒﻴﺤﻬﻢ ﻭﺗﻜﺒﻴﺮﻫﻢ ﻭﺳﺎﺋﺮ ﺫﻛﺮﻫﻢ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺇﺫﺍ ﺃﻫﺪﻭﻩ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺻﻞ ﺇﻟﻴﻪ

Bcaan alquran ,tasbih,takbir,dan smua zikir itu,bila di hadiahkan kpd mayit,maka Smpy kpd mayit pahalanya

ﺃﻣﺎ ﻭﺻﻮﻝ ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﺒﺪﻧﻴﺔ ﻛﺎﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺼﻮﻡ ﻓﻤﺬﻫﺐ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺃﺑﻲ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺇﻟﻰ ﺃﻧﻬﺎ ﺗﺼﻞ

Ittifaq imam 4 mazhab bhw pahala ibadah badaniah itu sampai sepertit membaca Al-quran, sholat hadiah, puasa..

By : Abdul Qodir Al-Busthomi III

No comments:

Post a Comment