Welcome !
Terwujudnya NU sebagai jamiyyah diniyyah ijtimaiyah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang mashlahat bagi umat menuju masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, demokratis dan mandiri.
Ini adalah contoh untuk kolom 5
Fitur Post Dengan Images
Ganti dengan kata-kata lainnya atau sebuah link. Terserah Anda dan jangan lupa ganti gambarnya sesuaikan dengan selera AndaRead more...
Ganti dengan kata-kata lainnya atau sebuah link. Terserah Anda dan jangan lupa ganti gambarnya sesuaikan dengan selera AndaRead more...
Ganti dengan kata-kata Anda sendiri atau sebuah link.
This is a heading title
Some Links
Useful Links
Other Stuff
Misc
Lists in Boxes
Here are some image examples
Ganti dengan kata-kata lainnya atau sebuah link. Terserah Anda dan jangan lupa ganti gambarnya sesuaikan dengan selera AndaRead more...
Ganti dengan kata-kata lainnya atau sebuah link. Terserah Anda dan jangan lupa ganti gambarnya sesuaikan dengan selera AndaRead more...
Tuesday, February 11, 2014
Istighotsah Dalam Manqib Lubabul Ma'aniy
ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﺭﺟﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺁﻏﻴﺜﻮﻧﺎ ﻻﺟﻞ
ﺍﻟﻠﻪ # ﻭﻛﻮﻧﻮﺍ ﻋﻮﻧﻨﺎ ﻟﻠﻪ ..…… ﺍﻟﺢ
Nadzoman ini dianggap oleh sebagian kalangan sebagai bentuk dari meminta atau berdoa kepada selain Alloh yang diancam oleh Alloh dalam QS Al Fathir 13-14 yang artinya:
13. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut
waktu yang ditentukan. yang (berbuat) demikian Itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.
14. jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.
dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi
keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui[1251].
Benarkah sangkaan tersebut?. tulisan ringan ini akan berusaha untuk menggali lebih jauh tentang hal itu.
Jika kita mau menelaah lebih jauh bahwa apa yang tertulis dalam manaqib Lubabul Ma’aniy adalah bagian dari Istighotsah kepada Alloh melalui makhluknya Alloh
yang terkasih, jadi orang-orang yang baca manaqib dan
melantunkan nadzom tersebut tetap berdoa dan meminta kepada Alloh akan tetapi melalui perantara Hamba-hamba Alloh yang ghaib.
Dan jika paradigma berfikir kita tidak gemar untuk menjustifikasi orang lain dengan sebutan musyrik maka kita tentu akan dapat menemukan bahwa ternyata ulama salafpun melakukan hal ini.
Di dalam kitab Al Masail Imam Ahmad Bin Hanbal, riwayat dari putranya, Abdulloh Bin Ahmad pada masalah nomor 912 halaman 245 cetakan maktabah Al islami Beirut diterangkan
ﺳﻤﻌﺖ ﺃﺑﻲ ﻳﻘﻮﻝ ﺣﺠﺠﺖ ﺧﻤﺲﺣﺠﺞ ﻣﻨﻬﺎ ﺛﻨﺘﻴﻦ ) ﺭﺍﻛﺒﺎ ( ﻭﺛﻼﺛﺔﻣﺎﺷﻴﺎ ﺍﻭ ﺛﻨﺘﻴﻦ ﻣﺎﺷﻴﺎ ﻭﺛﻼﺛﺔ ﺭﺍﻛﺒﺎﻓﻀﻠﻠﺖﺍﻟﻄﺮﺑﻖ ﻓﻲ ﺣﺠﺔ ﻭﻛﻨﺖﻣﺎﺷﺒﺎ ﻓﺠﻌﻠﺖ ﺃﻗﻮﻝ ﻳﺎ ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻟﻠﻪﺩﻟﻮﻧﺎ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻓﻠﻢ ﺃﺯﻝ ﺃﻗﻮﻝﺫﻟﻚ ﺣﺘﻲ ﻭﻗﻌﺖ ﻋﻠﻲﺍﻟﻄﺮﻳﻖ
Aku mendengar ayahku (Ahmad Bin Hanbal) berkata, aku pergi haji lima kali, dua kali naik kendaraan dan tiga kali jalan kaki atau dua kali jalan kaki dan tiga kali
naik kendaraan, dalam salah satu perjalanan haji aku tersesat sementara aku sedang jalan kaki, maka akupun berkata, Duhai Hamba Alloh, tunjukkanlah aku jalan. Dan aku tidak berhenti mengucapkan hal itu sampai aku
menemukan jalan.
Lihatlah wahai saudaraku, Imam Ahmad seorang Imam Besar dan panutan ahlu sunnah pun meminta tolong kepada Alloh dengan perantara makhluk.
Jika orang yang beristighotsah kepada Alloh melalui makhluknya
disebut musyrik maka Imam Ahmad pun takkan lepas dari tuduhan tersebut, Na’udzubillah min dzalik. Dan mustahil seorang Imam tauhid kenamaan seperti Imam Ahmad melakukan perbuatan syirik.
Sebenarnya dengan satu dalil di atas saja sudah cukup untuk membuka kesadaran kita bahwa beristighotsah sebagaimana termaktub dalam manaqib Syaikh Abdul Qodir bukanlah suatu kesyirikan.!!!
Akan tetapi bagi sebagian orang mungkin akan berkata,
Ya Akhiy…….Imam Ahmad bukan Nabi dan tidak ada satu orangpun yang boleh di I’timad ucapannya seratus persen selain Nabi, sebab Imam Ahmad tidak Makshum
duhai Akhiy…
Baiklah…berikut ini kita coba paparkan sebuah hadits dari Nabi saw dalam Musnad Bazaar (2/178
Maktabah Syamilah ) yang berbunyi :
ﺣَﺪَّﺛﻨﺎ ﻣﻮﺳﻰ ﺑﻦ ﺇﺳﺤﺎﻕ ، ﻗﺎﻝ :ﺣَﺪَّﺛﻨﺎ ﻣﻨﺠﺎﺏ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺎﺭﺙ ، ﻗﺎﻝ :ﺣَﺪَّﺛﻨﺎ ﺣﺎﺗﻢ ﺑﻦ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﻋﻦﺃﺳﺎﻣﺔ ﺑﻦ ﺯﻳﺪ ﻋﻦ ﺃَﺑَﺎﻥ ﺑﻦ ﺻﺎﻟﺢﻋﻦ ﻣﺠﺎﻫﺪﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ، ﺭَﺿِﻲﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ، ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﻟﻠﻪﻣﻼﺋﻜﺔ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﺳﻮﻯ ﺍﻟﺤﻔﻈﺔﻳﻜﺘﺒﻮﻥ ﻣﺎ ﺳﻘﻂ ﻣﻦ ﻭﺭﻕ ﺍﻟﺸﺠﺮﻓﺈﺫﺍ ﺃﺻﺎﺏ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻋﺮﺟﺔ ﺑﺄﺭﺽﻓﻼﺓ ﻓﻠﻴﻨﺎﺩ : ﺃﻋﻴﻨﻮﺍ ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻟﻠﻪ.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda sesungguhnya Alloh memiliki malaikat di Bumi ini selain malaikat hafadzoh yang
mencatat daun-daunan yang rontok, maka tatkala salah satu dari kalian tersesat di gurun, maka
panggillah…..tolonglah aku duhai hamba-hamba Alloh. (HR. Bazaar)
Lihat, ternyata Nabi juga mengajarkan kepada kita agar
meminta tolong kepada makhluknya.
Jika ini syirik kenapa Nabi malah mengajarkannya? Kenapa nabi tidak menyuruh kita agar langsung saja memohon petunjuk pada Alloh?. Dengan demikian berarti meminta tolong kepada Alloh melalui perantara makhluknya adalah disyariatkan.
Mungkin sebagian sahabat berkata, shohih ngga hadits
tersebut akhiiyy…?
Atau jangan-jangan malah hadits palsu yang antum bawakan?.
Okelah kalau begitu, disini
akan coba penulis bawakan komentar para hafidz mu’tamad tentang hadits tersebut. Al hafidz Ibnu Hajjar dalam Syarah Ibnu ‘Alan (5/151) mengatakan hadza
haditsun hasanul isnad (ini hadits sanadnya hasan).
Al hafidz Al haistami dalam Majma’ zawaid (4/401) mengatakan rijaaluhu tsiqoot (rijalnya semua tsiqqoh).
Dan bahkan Syaikh Al Albani juga mengakui bahwa sanadnya hasan dalam Adhdhoifah 2/223, hanya saja beliau lebih cenderung mengatakan bahwa hadits ini
adalah mauquf pada Ibnu Abbas, dengan mengambil keterangan dalam asysyu’ab karya Imam Baihaqi.
Bagi penulis yang bodoh ini, bagaimana mungkin seorang
syaikh sekaliber al albani dengan begitu saja mencampakkan riwayat Bazaar dan Thabrani yang
meriwayatkan hadits ini secara marfu’ dan mengambil riwayat baihaqiy yang mauquf tanpa alas an yang jelas?. Padahal para huffadz diantaranya Bazaar dalam
Musnadnya, Thabraniy dalam Mu’jamnya, Al haitsami dalam majma’nya serta Ibnu Hajjar dalam Syarah Ibnu ‘alan dengan jelas menukil hadits ini secara marfu’?.
Lebih aneh lagi, saat beliau mengatakan bahwa hadits
mauquf ini tidak bisa dihukumi marfu’ sebab terdapat kemungkinan bahwa Ibnu Abbas mendengarkan riwayat ini dari Ahlul kitab. Lalu apakah kemungkinan tersebut masuk akal, sahabat mulia seperti Ibnu Abbas mengambil riwayat syirik dari ahli kitab lalu menyebarkannya kepada seluruh ummat bahkan seorang Imam Besar semisal Imam Ahmad pun turut menerima dan mengamalkannya?. Sungguh sebuah ihtimal yang aneh.
Oleh sebab itulah karena hadits Riwayat Bazaar tersebut hasan dan marfu, maka meminta tolong kepada Alloh melalui perantara makhluknya adalah boleh bukan
sebuah kesyirikan.
Dan membaca ibaadalloh rijaalalloh dalam manaqibpun boleh.
Selamat membaca manaqib……..
Saya hanya bisa mengatakan: dasar yaa Akhiyyyyy yaa Embeekk.
Dasar loe otak udang fikiran cingkrang....
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=660459464016425&set=a.205411269521249.53654.100001571310717&type=1
No comments:
Post a Comment