Saturday, April 20, 2013

Dalil slametan, Tahlilan dan Haul.



Oleh: Mochammad Nuzulul Bawwakiel Muttaqien

*mukaddimah*
1. 'amalu ahlu madinah adalah hujjah dan dalil.
2. 'amalu khulafaaur Rosyidin adalah Hujjah al qoothi'ah.
3. At Tark(Bahwa Rasul s.a.w tidak menjalankan sesuatu) bukanlah dalil bahwa hal yg ditinggalkan itu sebagai larangan.
4. Al hadits al uhad yaqtadhil amal la al 'ilm. Maka dari itu hadits al uhad bisa menjadi Hujjah dalam 'amal Syari'ah dan tdk bisa menjadi Hujjah atas hukum aqidah.


*adakah Dalil yang memperbolehkan slametan seperti 7 hari kematian, 100 hr, dan setahun (Haul).

Mari kita simak Hadits di bawah ini:
(Saya pernah kebingungan tentang dalil slametan dan haulan, dan hadits ini saya minta langsung dari Syaikhuna Saalim bin Abdillah Bin Umar As Syathiri al mulaqqob bi Sulthoonul 'Ulama', beliau adalah murid Dari Al Muhaddits As Sayyid 'Alawy bin 'abbas Al maaliky al maghriby).

روي أن سيدنا أبي بكر الصديق رضي الله عنه لما توفي رسول الله صلى الله عليه وسلم وآله جمع أصحابه الكرام في المسجد على قراءة سورة البقرة وآل عمران بعد مرور عام من وفاة رسول الله صلى الله عليه وسلم وآله وحضر عمر وعثمان وعلي رواه ابن زنجويه في مسنده وابن حالويه والخرائطي في مسنده ويستفاد من المعنى أنه أهدى ثواب ذلك لرسول الله صلى الله عليه وسلم وآله
Artinya:
Di riwayatkan bahwa sesungguhnya sahabat Abu Bakar Shiddiq r.a mengumpulkan para Sahabat Nabi al kiram dalam masjid untuk menbaca surah al baqoroh dan ali imron setelah lewat setahun setelah wafatnya Rasulullah s.a.w, dan hadir dalam uzumah itu sahabat Umar, 'Utsman, dan Aly r.a.
Hr. Ibn znjaweh dlm karya al musnadnya, HR.ibnu halweh. HR. Al khorooithy dlm musnadnya,, dan dpat di ambil kesimpulan dari makna hadits bahwa pahala dr bacaan tersebut di hadiahkan kpd Rasulullah s.a.w.

Dari hadits di atas dapat kita simpulkan beberpa point penting di bawah ini:
1. Telah tsabit dengan jelas bahwa Sahabat Abu Bakar, Umar, 'Utsman, dan 'Aly R.A. Dan para sahabat .r.a telah menbacakan surat baqoroh dan aly imron setelah wafatnya Rasulullah s.a.w dan menghadiahkan ganjarannya kpd Rasulullah s.a.w.
2. Sebgaimana amal perbuatan para sahabat tersebut di akui kebenaranya oleh Rasulullah s.a.w dlm sabda beliau:
لا تجتمع أمتي على ضلالة
Artinya: tidak bersepakat(baik qoul maupun fi'l) atas keseatan.
Kitapun juga di suruh mengukuti para Sahabat al kiram dalam sabda Rasulullah s.a.w yg berupa:
عليكم بسنتي وسنة خلفاؤ الراشدين من بعدي
Artinya:berpegang teguhlah kalian dengan sunnahKu dan Sunnah khulafaaur Rosyidin stlah Ku.
3. Hadits di atas adlah merupakan bentuk Ijma' fi'ly dari sahabat Rasulullah s.a.w r.a yg menjadi hujjah scr qoth'i.

4. Hadits ini scr Nash merupakan dalil bagi amalan Haul(ngirim do'a kpd mayyit stlah setahun dari kematiannya), namun dalam kode etik ushul bahwa ''haul(ba'da mururi aam)'' merupakan sebuah kalimat yang tidak menpunyai mafhum(laa mafhuuma lah).
Dengan demikian bahwa ngirim doa maupun surat kpd mayyit tidak tertentu harus setahun setelah wafatnya si mayyit, baik itu di hari ke tujuh, ke 100 atau hari ke 1000 stlah wafatnya si mayyit, itu sah sah saja.

5. Hadits ini juga menjadi dalil scr Qoth'i bahwa berkumpul dengan menbaca surah dan ngrim do'a bukanlah merupakan bidengah scr syar'i, namun hal itu merupakan Sunnah dari Khulafaa'u rosyidin yang patut kita contoh.

6. Hadist ini tidaklah menjadi hujjah atas bathilnya sedekahan pd acra ngirim doa kpd mayyit sperti yg dilakukan Ulama2 di indonesia, hadramaut, zabid, 'adn, haudaidah, murowa'ah, alu syumailah, dan di belahan dunia manapaun. Karena shodaqoh tidak muqoyyad bil waqt(shadaqoh tdk dibatasi oleh waktu), dimanapaun dan kapanpun juga shadaqoh adalah amal perbuatan yg shalihah, yang pahalanya nyampai ke Mayyit secara Ijma' disamping Do'a.

----
Dalil qur'an scr simple terwujud dalam firman Alloh:
واذكروا الله
Lalu disambung hadits Rasulullah s.a.w:
أفضل الذكر لاإله إلا الله

Dari dua hujjah diatas tidak di syaratkan bahwa dzikir tahlil itu dilakukan dlam waktu khusus atau dengan cara yg khusus.

Imam syafi'i selaku pemuka dan pencetus kaidah ushul berkata:
ترك الاستفصال في وقائع الأحوال ينزل العموم في المقال
:jika Musyarri'( Alloh dan Rasul) tidak menjelaskan scr detil bagaimana cara dan keyfiyah suatu hal, maka hal itu menempati hukum qoul dalam segi 'aam (umum).
Jadi kesimpulannya: tahlil itu bisa dilaksanakan scr sendiri maupun berjama'ah.

Tanpa melupakan hadits yg dikutip imam Nawawy dalam kitab al adzkar :
قال صلى الله عليه وسلم: إذا مررتم برياض الجنة فارتاعوا
قالوا وما رياض الجنة يا رسول الله: قال: حلق الذكر
:''jika kalian melewati taman surga maka bergabunglah, sahabt bertanya: apa taman surga itu ya Rasulallaah? Rasul menjawab: ''kumpulan orang2 berdzikir''.

---

Tambahan oleh Admin:

Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Umar:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ مَاشِيًا وَرَاكِبًا وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَفْعَلُهُ
(صحيح البخاري)
“Nabi SAW selalu mendatangi masjid Quba setiap hari sabtu baik dengan berjalan kaki maupun dengan mengendarai kendaraan, sedangkan Abdullah selalu melakukannya.” (HR. Imam al-Bukhari dalam Sahih al-Bukhari I/398 hadits 1174)

Dalam mengomentari hadits ini al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

الحديث على اختلاف طرقه دلالة على جواز تخصيص بعض الأيام ببعض الأعمال الصالحة والمداومة على ذلك ،

“Hadits ini dengan sekian jalur yang berbeda menunjukkan akan diperbolehkannya menjadikan hari-hari tertentu untuk sebuah ritual yang baik dan istiqamah. (al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari)

Kesimpulannya adalah dr hadits dan penjelasan diatas diperbolehkannya melakukan ritual ibadah pada hari-hari tertentu. Seperti 1-7 hari, 40 hari, 100 hari dst.

Juga ada riwayat dlm Kitab Al-Hawi lil fatawa:

قَالَ طَاوُسَ: إنَّ الْمَوْتَى يُفْتِنُوْنَ فِي قُبُوْرِهِمْ سَبْعًا فَكَانُوْا يَسْتَحِبُّوْنَ أنْ يُطْعِمُوْا عَنْهُمْ تَلْكَ اْلأيّاَمِ إلَى أنْ قَالَ عَنْ عُبَيْدِ ابْنِ عُمَيْرِ قَالَ: يُفْتِنُ رَجُلانِ مُؤمِنٌ وَمُنَافِقٌ فَأمَّا الْمُؤمِنُ فَيُفْتِنُ سَبْعًا وَأمَّا الْمُناَفِقُ فَيُفْتِنُ أرْبَعِيْنَ صَبَاحًا

Imam Thawus berkata: Seorang yang mati akan beroleh ujian dari Allah dalam kuburnya selama 7 hari. Untuk itu, sebaiknya mereka (yang masih hidup) mengadakan jamuan makan (sedekah) untuknya selama hari-hari tersebut. Sahabat Ubaid ibn Umair berkata: “Seorang mukmin dan seorang munafiq sama-sama akan mengalami ujian dalam kubur. Bagi seorang mukmin akan beroleh ujian selam 7 hari, sedang seorang munafiq selama 40 hari di waktu pagi.” (Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal - Al Hawi lil Fatawa as Suyuti)

Sebenarnya msh banyak dalil2 yang mengisyaratkan kebolehan "tahlilan", tp penjelasan diatas sudah cukup mewakili.

Salam aswaja

1 comment:

  1. Definis Hadits itu adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam.
    Adapun hadits yg paling atas tsb "HR. Ibn znjaweh dlm karya al musnadnya, HR.ibnu halweh. HR. Al khorooithy dlm musnadnya" sepertinya perlu dikaji ulang kebenarannya, karena kejadian tersebut terjadi setelah 1 tahun kematian Rosul, lalu dalam hal ini siapa yg bersabda? Bukankah hadits itu adalah sabda Rosululloh?

    ReplyDelete