Welcome !
Terwujudnya NU sebagai jamiyyah diniyyah ijtimaiyah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang mashlahat bagi umat menuju masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, demokratis dan mandiri.
Ini adalah contoh untuk kolom 5
Fitur Post Dengan Images

Ganti dengan kata-kata lainnya atau sebuah link. Terserah Anda dan jangan lupa ganti gambarnya sesuaikan dengan selera AndaRead more...

Ganti dengan kata-kata lainnya atau sebuah link. Terserah Anda dan jangan lupa ganti gambarnya sesuaikan dengan selera AndaRead more...
Ganti dengan kata-kata Anda sendiri atau sebuah link.
This is a heading title
Some Links
Useful Links
Other Stuff
Misc
Lists in Boxes
Here are some image examples

Ganti dengan kata-kata lainnya atau sebuah link. Terserah Anda dan jangan lupa ganti gambarnya sesuaikan dengan selera AndaRead more...

Ganti dengan kata-kata lainnya atau sebuah link. Terserah Anda dan jangan lupa ganti gambarnya sesuaikan dengan selera AndaRead more...
Sunday, June 23, 2013
Ibadah Mahdhoh, Ghoiru Mahdhoh
Penjelasan dari Kitab Kita akan coba mengambil penjelasan dari kitab ushul Fiqh: الأصل في العبادات التوقيف وفي هذه الليلة أود أن أقف عند قضية أساسية في العبادات جميعاً وهي قاعدة معروفة عند أهل العلم، ” أن الأصل في العبادات التوقيف ” كما “أن الأصل في المعاملات والعقود الإباحة”، وهذه قاعدة نفيسة ومهمة جداً ونافعة للإنسان، فبالنسبة للعبادات لا يجوز للإنسان أن يخترع من نفسه عبادةً لم يأذن بها الله عز وجل، بل لو فعل لكان قد شرع في الدين ما لم يأذن به الله، فلم يكن لأحدٍ أن يتصرف في شأن الصلاة أو الزكاة أو الصوم أو الحج زيادة أو نقصاً أو تقديماً أو تأخيراً أو غير ذلك، ليس لأحد أن يفعل هذا، بل هذه الأمور إنما تتلقى عن الشارع، ولا يلزم لها تعليل، بل هي كما يقول الأصوليون: غير معقولة المعنى، أو تعبدية، بمعنى أنه ليس في عقولنا نحن ما يبين لماذا كانت الظهر أربعاً، والعصر أربعاً، والمغرب ثلاثاً، والفجر ركعتين، ليس عندنا ما يدل على ذلك إلا أننا آمنا بالله جل وعلا، وصدّقنا رسوله صلى الله عليه وسلم، فجاءنا بهذا فقبلناه، هذا هو طريق معرفة العقائد وطريق معرفة العبادات، فمبناها على التوقيف والسمع والنقل لا غير، بخلاف المعاملات والعقود ونحوها، فإن الأصل فيها الإباحة والإذن إلا إذا ورد دليل على المنع منها، فلو فرض مثلاً أن الناس اخترعوا طريقة جديدة في المعاملة في البيع والشراء عقداً جديداً لم يكن موجوداً في عهد النبوة، وهذا العقد ليس فيه منع، ليس فيه رباً ولا غرر ولا جهالة ولا ظلم ولا شيء يتعارض مع أصول الشريعة، فحينئذٍ نقول: هذا العقد مباح؛
Saturday, June 22, 2013
Para Ulama Telah Membantah Muhammad Ibn Abd Al-Wahhab
Banyak sekali kitab-kitab karya para ulama Ahlussunnah yang mereka tulis sebagai bantahan terhadap Muhammad ibn Abd al-Wahhab dan ajaran-ajarannya, baik karya-karya yang secara khusus ditulis untuk itu, atau karya-karya dalam beberapa disiplin ilmu yang di dalamnya dimuat bantahan-bantahan terhadapnya, baik yang masih dalam bentuk manuskrip maupun yang sudah turun cetak. Di antaranya adalah karya-karya berikut ini dengan penulisnya masing-masing:
Bantahan Terhadap Kaum Musyabbihah (Wahhabiyyah Sekarang)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد
Allah berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ ( سورة الشورى : 11 )
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi), dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”. (QS. as-Syura: 11)
Penjelasan:
Ayat ini adalah ayat yang paling jelas dalam al Qur'an yang berbicara tentang tanzih (mensucikan Allah dari menyerupai makhluk), at-Tanzih al Kulliy; pensucian yang total dari menyerupai makhluk. Jadi maknanya sangat luas, dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah maha suci dari berupa benda, dari berada pada satu arah atau banyak arah atau semua arah. Allah maha suci dari berada di atas arsy, di bawah arsy, sebelah kanan atau sebelah kiri arsy. Allah juga maha suci dari sifat-sifat benda seperti bergerak, diam, berubah, berpindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain dan sifat-sifat benda yang lain.
Al-Imam Abu Hanifah berkata:
أنـّى يُشْبِهُ الْخَالِقُ مَخْلُوْقَـهُ
"Mustahil Allah menyerupai makhluk-Nya".
Monday, June 3, 2013
Bahaya Ilmu Tafsir Cingkrang
Surat
al-Ma’idah: 44, salah satu ayat yang disalahgunakan untuk melegalkan
aksi para teroris atas nama agama; mereka sengaja manipulasi makna
kandungan ayat tersebut untuk mencuci otak & rekrut anggota.
Waspada…. jangan sampai anda terjebak…!!!
Firman Allah yang dimaksud adalah:
ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون (المائدة: 44)……
”Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, yang mengandungi
petunjuk dan cahaya yang menerangi; dengan Kitab itu nabi-nabi yang
menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi,
dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan
hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan
hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah
menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). Oleh itu
janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu
(dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu);
dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu dengan harga
yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan
dunia); dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah
diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah
orang-orang kafir.”
Apa itu Tahlilan ??
Pada
hakikatnya majelis tahlil atau tahlilan adalah hanya nama atau sebutan
untuk sebuah acara di dalam berdzikir dan berdoa atau bermunajat
bersama. Yaitu berkumpulnya sejumlah orang untuk berdoa atau bermunajat
kepada Allah SWT dengan cara membaca kalimat-kalimat thayyibah seperti
tahmid, takbir, tahlil, tasbih, Asma’ul husna, shalawat dan lain-lain.
Maka sangat jelas bahwa majelis tahlil sama dengan majelis dzikir,
hanya istilah atau namanya saja yang berbeda namun hakikatnya sama.
(Tahlil artinya adalah lafadh Laa ilaaha illallah) Lalu bagaimana
hukumnya mengadakan acara tahlilan atau dzikir dan berdoa bersama yang
berkaitan dengan acara kematian untuk mendoakan dan memberikan hadiah
pahala kepada orang yang telah meninggal dunia ? Dan apakah hal itu
bermanfaat atau tersampaikan bagi si mayyit ?
Menghadiahkan
Fatihah, atau Yaasiin, atau dzikir, Tahlil, atau shadaqah, atau Qadha
puasanya dan lain lain, itu semua sampai kepada Mayyit, dengan Nash yg
Jelas dalam Shahih Muslim hadits no.1149, bahwa “seorang wanita
bersedekah untuk Ibunya yg telah wafat dan diperbolehkan oleh Rasul
saw”, dan adapula riwayat Shahihain Bukhari dan Muslim bahwa “seorang
sahabat menghajikan untuk Ibunya yg telah wafat”, dan Rasulullah SAW pun
menghadiahkan Sembelihan Beliau SAW saat Idul Adha untuk dirinya dan
untuk ummatnya, “Wahai Allah terimalah sembelihan ini dari Muhammad dan
keluarga Muhammad dan dari Ummat Muhammad” (Shahih Muslim hadits
no.1967).
FATWA WAHABI YANG BERTENTANGAN DENGAN AJARAN RASULULLAH SAW, PARA SAHABAT, DAN PARA ULAMA AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH.
FATWA WAHABI YANG BERTENTANGAN DENGAN AJARAN RASULULLAH SAW, PARA SAHABAT, DAN PARA ULAMA AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH.
Seperti Inikah Moral Orang Yang Ngaku Penegak Tauhid..??
Seperti Inikah Perilaku Orang Yang Ngaku Penegak Sunnah .. ??
Seperti Inikah Prinsip Orang Yang punya Motto '' Kembali Ke Al Qur'an Dan Hadits '' ... ?? (Na’udzubillahi mindzalik.......!!!)
1. Dalam kitab karangan Abdullah Ibnu Zaid, ulama Wahabi, yang berjudul al-Iman bi al-Anbiya’i Jumlatan (Beriman Kepada Semua Kitab) disebutkan kalau Adam a,s. bukanlah nabi dan juga bukan rasul Allah.
2. Dalam buku al-Qaulu al-Mukhtar li Fana’i an-Nar karangan Abdul Karim al-Humaid, ulama Wahabi, disebutkan bahwa neraka tidak kekal dan orang-orang kafir tidak diazab selamanya di neraka karena akan dipindahkan ke surga.
3. Dalam buku kaum Wahabi yang berjudul Fatawa al-Mar’ah disebutkan bahwa menceraikan istri ketika haid tidak menyebabkan jatuhnya talak (padahal ‘ijma ulama mengatakan, seorang suami yang menceraikan istrinya ketika sang istri sedang haid, maka talaknya tetap sah dan si istri menjadi haram bagi suaminya).
Saturday, June 1, 2013
KESAHIHAN DALIL BUDAYA TAHLILAN/ SELAMETAN WONG MATI 1 s/d 7, 40, 100 HARI DAN HAUL ORANG MENINGGAL
Ø Pengertian Selamatan atau Haul
Haul berasal dari bahasa arab : berarti telah lewat atau berarti tahun. masyarakat Jawa menyebutnya (khol/selametane wong mati) yaitu : suatu upacara ritual keagamaan untuk memperingati meninggalnya seorang yang ditokohkan dari para wali, ulama’, kyai atau salah satu dari anggota keluarga.
Ø Rangkaian Acara Selametan atau Haul
1. Khotmul Qur’an yaitu membaca al-Qur’an 30 juz (mulai dari juz 1 s/d juz 30).
Imam Nawawi di dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab juz 5 hal 258. menegaskan.
يُـسْـتَـحَبُّ اَنْ يَـمْكُثَ عَلىَ اْلقَبْرِ بَعْدَ الدُّفْنِ سَاعَـةً يَدْعُوْ لِلْمَيِّتِ وَيَسْـتَـغْفِرُ لَهُ . نَـصَّ عَلَيْهِ اَلشَّافِعِىُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ اَلاَصْحَابُ قَالوُا : يُـسْـتَـحَبُّ اَنْ يَـقْرَأَ عِنْدَهُ شَيْئٌ مِنَ اْلقُرْأَنِ وَاِنْ خَتَمُوْا َاْلقُرْأَنَ كَانَ اَفْضَلُ . المجموع :5 – 258.
Artinya “Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah menguburkan mayit untuk mendoakan dan memohonkan ampunan kepadanya”, pendapat ini disetujui oleh Imam Syafi’i dan pengikut-pengikutnya, dan bahkan pengikut Imam Syafi’i mengatakan “sunah dibacakan beberapa ayat al-Qur’an di samping kubur si mayit, dan lebih utama jika sampai menghatamkan al-Qur’an”.